Pendahuluan
Ketimpangan yang besar
dalam distribusi pendapatan (yang dimaksud dengan kesenjangan ekonomi) dan
tingkat kemiskinan (persentase dari jumlah yang hidup dibawah garis kemiskinan)
merupakan dua masalah besar di banyak LDCs, tidak terkecuali Indonesia
.dikatakan besar, karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan
semakin parah, pada akhirnya akan menimbukan konsekuensi politik dan social
yang sangat serius. Suatu pemerintahan bias jatuh karena amukan rakyat miskin
yang sudah tidak tahan lagi menhadapi kemiskinannya. Bahkan kejadian tragedi
mei 1998 menjadi suatu pertanyaan hingga sekarang andaikan tingkat
kesejahteraan masyarakat di Indonesia sama dengan misalnya di swiss, mungkinkah
mahasiswa akan begitu ngotot berdemonstrasi hingga akhirnya membuat rezim
soeharto jatuh pada bulan mei 1998?
Di Indonesia, pada awal
pemerintahan Orde Baru pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan
ekonomi dijakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang
pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan
hanya disektor-sektor tertentu saja,pada akhirnya akan menghasilkan apa yang
dimaksud dengan trickle down effects.didasarkan
pada kerangka pemikiran tersebut, pada awal periode Orde Baru hingga akhir
tahun 1970-an, startegi pembangunan ekonomi yang dianut oleh
pemerintahan soeharto lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi
nasionaldimulai di pulau jawa dengan alas an bahwa fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan seperti pelabuhan, jalan raya dan kereta api, telekomunikasi,
kompleks industry, gedung-gedung pemerintahan/ administrasi Negara,
kantor-kantor perbankan , dan infrastruktur pendunkung lainnya lebih tersedia
di pulau jawa dibandingkan di provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Pembangunan pada saat
itu juga hanya terpusatkan di sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial
memiliki kemampuan besar untuk mengahsilkan NTB yang tinggi . mereka percaya
bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu akan menetas ke sektor-sektor dan
wliayah Indonesia lainnya.
Pembahasan
Besarnya
kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis
kemiskinan.konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan
relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis
kemiskinan disebut kemiskinan absolut . kemiskinan
relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi
pendapatan, yang biasanya di definisikan di dalam kaitan nya dengan tingkat
rata-rata dari distribusi yang dimaksud.di Negara-negara maju (DCs),kemiskinan
relatif di ukur diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata
perkapita sebagai suatu ukuran relatif , kemiskinan relatif dapat berbeda menurut Negara atau periode di
dalam suatu Negara tersebut. Kemiskinan
absolut adalah derajat dari kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan-kebutuhan
minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi . ini adalah suatu ukuran
tetap di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum di tambah
komponen-komponen nonmakanan yang juga sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup .
walaupun kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstrem, tetapi
maksud dari yang terkakhir ini bias bervariasi, tergantung pada iterpretasi setempat
atau kalkulasi.
Hubungan
antara pertumbuhan dan kemiskinan
Dasar
teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan tingkat
kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
dalam distribusi pendapatan . mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal dari
proses pembangunan,tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat
mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur
berkurang. Tentu,seperti telah dikatakan sebelumnya, banyak faktor-faktor lain
selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan
di suatu wilayah/Negara, seperti derajat pendidikan tenaga kerja dan struktur
ekonomi.
Dasar
persamaan untuk menggambarkan relasi antara pertumbuhan output agregat dan kemiskinan dapat diambil dari persamaan .dalam
persamaan tersebut,elastisitas dari ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan
terhadap pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen kunci dari perbedaan
antara efek bruto(ketimpangan konstan) dan efek neto(ada efek dari perubahan
ketimpangan)dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.apabila elastisitas
neto dan bruto dari kemiskinan terhadap pertumbuhan pendapatan dinyatakan
masing-masing dengan g dan l,elastisitas dari ketimpangan terhadap pertumbuhan
dengan b, dan elastisitas dari kemiskinan terhadap ketimpangan dengan d.
Distirbusi
pendapatan
Studi-studi mengenai
distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai
pengeluaran konsumsi rumah tangga dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
. data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan (proksi) untuk
mengukur distribusi pendapatan masyarakat. Walaupun diakui bahwa cara ini
sebenernya mempunyai suatu kelemahan yang serius data pengeluaran konsumsi bias
memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan, atau tidak
mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenar nya. Jumlah pengeluaran konsumsi
seseorang tidak harus selalu sama dengan jumlah pendapatan yang diterimanya,
bias lebih besar atau lebih kecil.misalnya, pendapatannya lebih besar tidak
selalu berarti pengeluaran konsumsinya juga besar, karena ada tabungan.
Sedangkan, jika jumlah pendapatan nya rendah tidak selalu berarti jumlah
konsumsinya juga rendah.banyak rumah tangga memakai kredit bank untuk membiayai
pengeluaran konsumsi tertentu, misalnyauntuk beli rumah dan mobil, dan untuk
membiayai sekolah anak atau bahkan untuk liburan.
Demikian pula
pengertian pendapatan, yang artinya pembayaran yang didapat karena bekerja atau
menjual jasa, tidak sama dengan pengertian kekeyaan.kekayaan seseorang bias
lebih besar daripada pendapatannya.atau seseorang bias saja tidak punya
pekerjaan (pendapatan) tetapi ia sangat kaya karena ada warisan keluarga.
Banyak pengusaha-pengusaha muda di Indonesia kalau diukur dari tingkat
pendapatan mereka tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka sangat kayak arena
perusahaan dimana mereka bekerja adalah milik mereka (atau orang tua mereka).
Akan tetapi, karena
pengumpulan data pendapatan di Indonesia seperti di banyak LDCs lainnya masih
relatif sulit, salah satunya karena banyak rumah tangga atau individu yang
mempunyai pekerjaan di sektor informal atau tidak menentu. Maka penggunaan data
pengeluaran konsumsi rumah tangga dianggap sebagai salah satu alternatif.
Kalau dilihat pada
tingkat agregat dengan memperhatikan perkembangan sejumlah variable-variabel
ekonomi makro selama Orde Baru hingga krisis ekonomi terjadi, misalnya laju
pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, peningkatan PN per kapita,diversifikasi
ekonomi ,dan pangsa X nonmigas, diakui ada keberhasilan dari pembangunan
ekonomi selama periode tersebut. Akan tetapi, keberhasilan suatu pembangunan
ekonomi tidak dapat hanya di ukur dari laju pertumbuhan output atau peningkatan pendapatan secara agregat atau perkapita.
Namun, bahkan lebih penting, harus dilihat juga dari pola distribusi
peningkatan pendapatan tersebut
Kemiskinan
Kemiskinan bukan
hanya masalah Indonesia, tetapi merupakan masalah dunia. Laporan dari bank
dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1998 terdapat 1,2miliar orang miskin dari
sekitar 5 miliar lebih jumlah penduduk di dunia.sebagian besar dari jumlah
tersebut terdapat di asia selatan (43,5%) yang terkonsentrasi di
india,bangladesh,Nepal,Sri lanka,dan Pakistan . afrika sub sahara merupakan
wilayah kedua di dunia yang padat orang miskin (24,3%). Kemiskinan di wilayah
ini disebabkan oleh iklim dan kondisi tanah yang tidak mendukung kegaiatan
pertanian (kekeringan dan gersang) , pertikaian yang tidak henti-hentinya antar
suku, menejemen ekonomi makro yang buruk, dan pemerintahan yang bobrok, wilayah
ketiga yang terdapatbanyak orang miskin adalah asia tenggara dan pasifik
(23,2%). Kemiskinan di asia tenggara terutama terdapat di cina,laos, Indonesia,
Vietnam, Thailand, dan kamboja. Sisanya terdapat di amerika latin dan
Negara-negara karibia (6,5%) eropa dan asia tengah (2,0%), serta timur tengah
dan afrika utara (0,5%).
Di
Indonesia,kemiskinan merupakan salah satu masalah besar . terutama melihat
kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan
garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan
ekonomi , berdasarkan fakta ini, selalu muncul pertanyaan pakah memang laju
pertumbuhan yang tinggi dapat mengurangi tingkat kemiskinan? Atau apakah memang
terdaapat suatu korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pertumbuhan dan
persentase jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan?
Kalau
dilihat dari asia dalam studi Dealolikar
dkk.(2002) , kelihatannya memang ada perbedaan dalam persentaseperubahan
kemiskinan antara kelompok Negara dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan kelompok Negara dengan pertumbuhan yang rendah . ada sejumlah Negara,
termasuk Indonesia, yang jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
bertambah walaupun ekonomi nya tumbuh positif.
Karena
kemiskinan adalah salah satu masalah serius di Indonesia maka tidak
mengherankan kalau banyak studi telah di lakukan mengenai hal ini di
Indonesia.sayangnya, pendekatan yang digunakan berbeda-beda , dan batas kemiskinan
yang dipakai juga beragam antara studi tersebut, sehingga hasil atau gambaran
mengenai kemiskinan di dalam negeri juga berbeda. Salah satu masalah yang
sering di hadapi peneliti dalam menentukan kemiskinan absolut diindonesia dalam
membandingkan tingkat kemiskinan antar provinsi atau daerah. Menurut Bidani dan Ravallion(1993) dan Sondakh (1995),
kesuliatan tersebut bersumber pada variasi komposisi bahan kebutuhan pokok
serta harga kebutuhan pokok yang berbeda-beda antar provinsi, selain harga
relatif, juga perbedaan dalam selera, tingkat, serta jenis kegiatan ekonomi,
barang-barang yang disediakan oleh pemerintah daerah, dan masih banyak lagi.
Variable-variabel lain menyebabkan relasi antara jumlah serta komposisi makanan
dan jumlah pengeluaran konsumsi berbeda antar daerah atau provinsi.
Sedangkan
Pradhan dkk,(2000) meneliti sector
ekonomi yang paling besar sumbangan nya terhadap peningkatan kemiskinan di
Indonesia pada periode krisis dengan membandingkan perubahan kemiskinan di
Indonesia antara tahun 1996 dengan 1999 menurut sector, hasilnya yang
menunjukan bahwa selama periode tersebut semua sector mengalami suatu kenaikan
dalam kemiskinan . ini menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak ada satu
pun sector yang luput dari dampak negative dari krisis ekonomi.satu hal yang
menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa ternyata pertanian adalah sector
dengan tingkat kemiskinan terbesar dan juga dengan kontribusi terbesar terhadap
peningkatan kemiskinan di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar