Dijaman era
globalisasi ini banyak yang tidak mempedulikan pendidikan padahal pendidikan
itu sangat penting Karena dengan mempunyai pendidikan berkualitas kita bisa
ikut maju seiring dengan kemajuan jaman. Tetapi, banyak juga masyarakat yang
kurang memperdulikan pendidikan sejak dini di karenakan kurangnya biaya untuk
menuntut ilmu di sekolah padahal pendidikan itu yang akan menentukan bagaimana
masa depan yang akan datang. Oleh karena itu, pemerintah harusnya lebih meringankan
biaya pendidikan untuk sekolah agar semua masyarakat dapat ,menuntut ilmu
sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan penduduk yang berkualitas
sebagai modal pembangunan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh bagi
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat sangat penting di abad
ke-21 ini. Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki tingkat
pendidikan yang bisa dibilang masih cukup rendah. Menurut data United Nation
Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan masyarakat Indonesia berada di
peringkat 124 dari 187 negara yang disurvei. Tingginya angka putus sekolah
karena ketidakadaan biaya mungkin menjadi sebab rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat Indonesia ini. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggungjawab seluruh
komponen bangsa untuk membantu mereka yang membutuhkan agar dapat melanjutkan
pendidikannya.
Setelah
kemerdekaan, perubahan bersifat sangat mendasar yaitu menyangkut penyesuaian
bidang pendidikan. Badan pekerja KNIP mengusulkan kepada kementrian pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan supaya cepat untuk menyediakan dan mengusahakan
pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok usaha
pendidikan (Mestoko, 1985:145). Lalu, pemerintah mengadakan program
pemberantasan buta huruf. Program buta huruf tidak mudah dilaksanakan dengan
berbagai keterbatasan sumber daya, kendala gedung sekolah dan guru. Kementrian
PP dan K juga mengadakan usaha menambah guru melalui kursus selama dua tahun.
Kursus bahasa jawa, bahasa Inggris, ilmu bumi, dan ilmu pasti(Mestoko dkk,
1985:161). Program tersebut menunjukkan jumlah orang yang buta huruf seluruh
Indonesia sekitar 32,21 juta (kurang lebih 40%), buta huruf pada tahun 1971.
Buta huruf yang dimaksud adalah buta huruf latin (Mestoko dkk, 1985:327). Jadi,
kegiatan pemberantasan buta huruf di pedesaan yang diprogramkan oleh pemerintah
untuk menanggulangi angka buta aksara di Indonesia dan buta pengetahuan dasar,
tetapi pendidikan kurang lebih tidak berdampak pada rumah tangga kurang mampu.
Kemerdekaan Indonesia tidak membuat nasib orang tidak mampu terutama dari sektor pertanian menjadi lebih baik. Pemaksaan atau perintah halus gampang muncul kembali, contoh yang paling terkenal dengan akibat yang hampir serupa seperti cara-cara dan praktek pada jaman Jepang, bimas gotong royong yang diadakan pada tahun 1968-1969 disebut bimas gotong royong karena merupakan usaha gotong royong antara pemerintah dan swasta (asing dan nasional) untuk meyelenggarakan intensifikasi pertanian dengan menggunakan metode Bimas (Fakih, 2002:277, Mubyarto, 1987:37). Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi beras dalam waktu sesingkat mungkin dengan mengenalkan bibit padi unggul baru yaitu Peta Baru (PB) 5 dan PB 8.37. Pada jaman penjajahan Belanda juga pernah dilakukan cultuurstelsel, Jepang memaksakan penanaman bibit dari Taiwan. Jadi, rakyat dipaksakan mengikuti kemauan dari pihak penguasa. Cara tersebut kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai cara untuk menghasilkan panen yang lebih maksimal. Muller (1979:73) menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia bahwa sebagaian besar masyarakat yang masih hidup dalam kemiskinan, paling-paling hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup yang paling minim, dan hampir tidak bisa beradaptasi aktif sedangkan golongan atas hidup dalam kemewahan.